IAEI-PUSAT.ORG -- Tahun depan, industri perbankan syariah Indonesia diperkirakan tetap tumbuh positif dan menjanjikan walaupun terdapat beberapa tantangan seperti: (i) awal peralihaan pengawasan dan pemeriksaan perbankan syariah dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), (ii) tahun Pemilihan Umum (Pemilu), (iii) realisasi sejumlah komitmen pemerintah seperti pengalihan mayoritas dana haji kepada perbankan syariah, pendirian bank BUMN syariah, pendirian bank wakaf dan, (iv) dampak kebijakan lanjutan Federal Reserve untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat termasuk pergerakan harga minyak dan sejumlah komoditas internasional.
Di era integrasi sektor keuangan syariah, beberapa
tantangan lain harus dapat pula ditangani seperti: (i) optimalisasi sinergi,
kerjasama dan koordinasi pembiayaan syariah yang dilakukan oleh lembaga
keuangan bank dan non bank syariah, (ii) harmonisasi ketentuan lembaga dan
pasar keuangan syariah oleh OJK, (iii) koordinasi kebijakan moneter syariah
oleh Bank Indonesia, kebijakan sektor keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan,
kebijakan fiskal oleh kementerian keuangan. Bahkan, (iv) stabilitas industri
keuangan syariah ke depan juga ditentukan oleh sejumlah kebijakan lainnya
seperti kebijakan penjaminan simpanan syariah oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), kebijakan usaha mikro oleh
kementerian koperasi dan UMKM, kebijakan perdagangan
dan industri oleh kementerian terkait.
Akhir tahun 2014, total asset perbankan syariah
diperkirakan Rp255,2 triliun (pesimis), Rp283,6 triliun (moderat)
dan maksimal Rp312 triliun (optimis)
sementara total DPK diperkirakan di kisaran Rp209,6 triliun (pesimis),
Rp220,7 triliun (moderat) dan Rp232,8 triliun (optimis) dan, total pembiayaan
akan mencapai minimal Rp216,7 triliun (pesimis), Rp228 triliun (moderat) dan
maksimal Rp239,5 triliun (optimis). Berdasarkan tiga skenario tersebut, pangsa
pasar perbankan syariah diperkirakan antara 5,25%-6,25%.
Disamping tantangan-tantangan di atas, skenario
pesimis terjadi apabila perekonomian domestik tahun 2014
masih menghadapi masalah defisit transaksi
perdagangan sehingga menekan nilai tukar Rupiah dan inflasi di
akhir tahun 2013 belum dapat diarahkan kepada target inflasi 2014. Menurunnya
daya beli masyarakat akibat kenaikan harga selama 2013 apabila tidak membaik di
tahun 2014 akan berpengaruh kepada kinerja sektor riil, kualitas pembiayaan dan
target-target pencapaian perbankan syariah. Kemudian, apabila tekanan ekonomi
2013 tersebut berhasil diatasi, estimasi perbankan syariah akan menjadi
skenario moderat yang ditandai oleh kontinuitas peningkatan penghimpunan dana,
penyaluran dana termasuk kontribusi perbankan syariah bagi UKM dan peningkatan
jumlah deposan.
Terakhir,
skenario optimis terjadi apabila faktor-faktor positif di skenario moderat
didukung oleh realisasi sejumlah komitmen pemerintah, dukungan induk (pemilik
bank syariah) yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah, stabilitas
ekonomi terhindar dari gejolak eksternal (pelarian dana asing, kenaikan harga
komoditas, minyak, dll), dan faktor struktural seperti terus bertambahnya
jumlah bank syariah (BUS, UUS maupun BPRS) dan kantor layanan syariah serta
hasil positif dari gerakan ekonomi syariah (GRES).
Tulisan: Assoc. Prof. Rifki Ismal, Ph.D
0 Response to "Outlook Perbankan Syariah 2014"
Posting Komentar